Pages

Friday, September 17, 2010

My Life Path (Chapter 8)

Update! Update! Update!!! Silakan dibaca ya~ Hehehe....
Oh ya, announcement nih!
Berhubung karena kesibukan author bertambah, jadi kemungkinan bakal update fanfic jadi sebulan sekali...
Mian banget nih! Yah, paling cepet 3 minggu deh... Harap bisa dimaklumi...

(Xander's POV)
"Alexander Lee Eusebio." kata seorang perawat.
"Ah, ne!" jawab gw.
"Mari saya antar ke ruang pemeriksaan anda, di nomor 207."
"Gumasumnida, ahjumma."
"Cheonmanhamnida."

Huaahh... Untung rumah sakit ini nggak ramai. Dan untungnya Sica udah pulang duluan sebelum gw dipanggil. Kalo nggak kan mungkin dia ikut masuk nantinya. Yah, pokoknya bisa gawat begitu deh urusannya. Jadi runyam.

-----------------------------------------------------------------------------------
"Ini..."
"Kenapa, dok?"
"Anda perlu dioperasi. Ini sudah parah. Kemungkinan bisa lebih gawat jika tidak segera dirawat. Saya rasa anda perlu menginap disini selama paling tidak 2 hari."
"2 hari?! Itu mustahil, dok! Apa nggak bisa diselesaikan hari ini aja?"
"Itu lebih mustahil lagi. Kami akan membuat tongkat untuk memudahkanmu berjalan. Operasinya memang tidak lama, tapi anda perlu membiasakan diri untuk berjalan dengan tongkat sampai benar-benar pulih."

"Memangnya... Kaki saya kenapa dok?"
"... Kaki kiri anda retak..."
"Mworago?! Ahh, na jeongmal ottoke?! Apa saya juga harus diamputasi?!"
"Oh, tidak separah itu. Saraf-saraf yang penting masih bisa berfungsi jadi kami hanya akan melakukan apa yang telah saya ucapkan tadi. Jika tidak, kemungkinan bisa lebih parah dan kaki anda bisa patah."

"Dok... Kalo misalnya nggak rawat inap disini asalkan tetap dioperasi, apa bisa?"
"Hmm, itu sulit sekali bagimu nantinya. Tapi baiklah jika itu maumu. Tapi anda mungkin tetap harus memakai tongkat selama 3 bulan setelah operasi..."
"Ne!!! Gumasumnida, gumasumnida! Ya, begitu saja!"

--------------------------------------------------------------------------
Keesokan paginya...

"Xander-sshi! Xander-sshi! Ayo cepat, hari ini kita berdua ada jadwal pemotretan! Udah siap belom?!" teriak Eli didepan kamar gw.
"Umm, belom! Gw masih lama! Lu berangkat aja duluan, nanti gw nyusul sendiri!" balas gw yang berusaha menghindar. Gw gamau Eli melihat gw begini.
"Hah?! Tumben amat sih lu telat? Biasanya kan lu yang selalu dateng duluan ke rumah gw. Ya udah deh gw duluan ya! Bye!" teriak Eli sambil langsung pergi pakai motornya.

---------------------------------------------------------------------------------
"Eli-ah, kenapa Xander begitu lama? Sebentar lagi kan gilirannya." kata Sica.
"Mollayo, noona. Tadi pagi dia bilang akan menyusul, tapi sampe kapan nih?" jawab Eli.
"Baiklah, akan kucaba meneleponnya untuk datang."
...
...
"Yeoboseyo?"
"Xander! Kau dimana? Masih di apartemen ya? Kau harus kesini sekarang juga! Sebentar lagi giliranmu!"
"Ng... Sica... Tunggu sebentar lagi deh..."
"Xander, kau sudah terlambat!"
Panggilan ditujukan kepada Alexander Lee Eusebio. Sekali lagi dimohon untuk segera melakukan pemeriksaan di ruang 207. Terima kasih.

"Mworago? Xander, suara apa tadi? Hei! Pemeriksaan? Kau sedang ada di rumah sakit?"
"...."
"Xander! Jawab pertanyaanku! Ya!" Sica mulai heran. "Haish..."
"Kenapa, noona?"
"Dia menutup teleponnya. Tapi sepertinya dia sedang ada di rumah sakit. Aku akan kesana sekarang. Kau tetap disini, bilang ke sutradara untuk menunda giliran Xander dan digantikan dulu oleh giliranmu, ok?"
"Rumah sakit? Umm, baiklah. Serahkan padaku, noona!"

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
(Sica's POV)
"Xander? Kau dimana sih? Teleponnya nggak dijawab terus. Apa mungkin di rumah sakit kemarin... Severance Hospital?"
Dengan cepat langsung kupercepat mobilku ke rumah sakit yang kudatangi bersamanya semalam. Aku pun langsung ke bagian resepsionis.

"Permisi, apa yang ada di ruangan... Umm, berapa ya... Kalau tidak salah 207, adalah Alexander Lee Eusebio?"
"Ne. Tapi maaf, anda siapanya ya? Karena pasien itu berpesan kalau ada yang datang dan bilang namanya Jessica Jung/Jung Sooyeon ataupun Eli Kim/Kim Kyoung Jae tidak boleh dan saya dilarang menunjukkan ruangannya..."
"Oh, bu-bukan! Saya kakak perempuannya, Victoria Eusebio..."
"Hmm...? Anda tidak ada kemiripan..."
"Ooh, itu... Saya lebih mirip umma dan dia lebih mirip appa. Hahaha~" Ini aneh. Kenapa Xander sengaja menghindar dariku dan Eli?
"Keurom... Kalau begitu saya tunjukkan dulu ruangannya."
...
...
"Disini..."
"Gummasumnida, ahjumma."
"Ne, cheonmanimnida." katanya sambil pergi kembali ke bagian resepsionis.

Aku mengetuk pintu ruangan itu. Tapi tak ada jawaban. Jadinya langsung aja masuk. Bukannya nggak sopan, tapi ini kan udah berkali-kali diketuk, apa salahnya langsung masuk? Nggak mungkin aku harus menunggu 1 jam kemudian.

"AAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!"

Hah? Itu suara Xander!

"Xander! Xander, itukah kau...?" langsung kuberlari ke asal teriakan itu.
Dan aku sangat kaget... Kaki Xander... Ada kenapa dengannya? Di-dibedah?!
"Xa... Xander... Ka-kakimu... Kenapa dengan kakimu itu?!"
"Sica... Kenapa kau bisa ada disini? Kan resepsionisnya..."
"Aku bilang aja kalo aku ini Victoria Eusebio. Dan tadi di telepon kedengaran ruangan 207 ini dan sepertinya memang di rumah sakit yang semalam."
"Victoria noona ku?! Aisshh..." katanya sambil membuang muka. "AAAAA!!! Dok, apa anda tak bisa membius kakiku aja? Setidaknya walaupun mati rasa, nggak akan sakit begini..."
"Bisa saja kalau anda ingin lumpuh karena cairan biusnya tercampur dengan saraf anda."
Aku yang penasaran pun menghampiri dokter itu.

"Dok... Sebenarnya kakinya kenapa ya?"
"Ini hanya sedikit terkilir, Sica... Udahlah, kau bisa kembali kerja kok sekarang..." potong Xander sebelum dokter itu menjawab.
"Aku nggak bertanya padamu! Kau barusan itu pasti bohong!" bentakku yang emang nggak bisa mempercayai omongan Xander kali ini.
"Kaki kirinya retak cukup parah. Dia harus memakai gips dan juga berjalan dibantu dengan tongkat selama 3 bulan."
"Omo... Xander! Kenapa kau tak memberitahunya padaku?!"
"Hei, dik... Tolong jangan berisik. Ini rumah sakit. Lagipula saya perlu konsentrasi, jadi mohon tunggu diluar saja." kata dokter itu sopan.
"Mi-mianhamnida, dok..." dan aku pun langsung keluar ruangan.

Dari luar, aku tetap aja bisa mendengar suara teriakan Xander yang nyaring itu. Dan juga sambil berharap kakinya akan segera sembuh dari perkiraan. 3 bulan... Bagaimana dengan karirnya nanti?

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dan hari-hari berikutnya kulalui dengan seperti biasa, sedangkan Xander hanya bisa mendapat bagian photoshoot yang close-up dan setengah badan.

"Hari ini kalian pulang ikut denganku saja. Kan lumayan untuk menghemat biaya taxi." tawarku.
"Ah, nggak usah onni... Ngerepotin ajah, hehehe..." tolak Eli.
"Nggak apa kok. Ayo! Aku masih menunggu adikku juga sih, tapi kan sebentar lagi dia juga kesini. Udah selesai kok."
Xander menolak,"Kalo ada adikmu aku naik taxi aja. Kalo Eli mau ikut nggak apa, tapi gw tetep mau naik taxi aja."
"Kenapa? Mobilnya muat kok! Kan hanya 4 orang..." bujukku lagi.
"Nggak!" bentaknya.
"Xander-sshi! Lu nggak sopan banget sih sama noona! Minta maaf sana! Sekarang! Pa li!!" balas Eli sebal.

Tapi yang dilakukan Xander hanyalah pergi meninggalkan kami. Biarpun Eli sudah membela, aku tetap shock. Kenapa lagi dengannya sih?
Dan tak berapa lama kemudian, adikku pun datang.

"Ah, mianhaeyo onni alu lama sekali..." katanya.
"Benar! Kau ini lama sekali sih!"
"Na... Na jeongmal mianhaeyo, onni..." katanya lagi sambil menunduk.
"Hahaha! Onni cuma bercanda kok! Ayo masuk kedalam. Eli, kau tetap ikut?"
"Ne!" jawab Eli.
"Waaah... Namja chingu nih, onni? Kenapa nggak cerita-cerita niiihhh....?? Hmm, nomue haenseom namja kok. Cocok juga sama onni ku yang nomue yeppeo ini~"
"Hush, Krystal! Hati-hati ah kalo ngomong!"

Eli menyambung, "Iya nih jangan asal ngomong, oppa udah ditolak tau sama onni mu ini... huhuhu. Kau aja deh yang jadi penggantinya."
"Wah, selera oppa tinggi ya! Hehe, semua orang yang suka padaku itu seleranya bagus, oppa! Ngomong-ngomong, kenapa oppa ditolak? Apa onni ku ini udah punya pacar?" kata Krystal dengan bangga.
"Ya! Dia teman oppa. Bekerja disini juga mulai dari beberapa bulan lalu. Namanya Alexander Lee Eusebio. Tapi  tadi katanya nggak jadi ikut pulang bareng jadi oppa aja yang ikut." jelas Eli.
"Eli-ah! Jangan sembarang bicara!" kataku.
"Tadinya mau ikut pulang bareng tapi nggak jadi? Alexander Lee Eusebio... Xander? Onni berpacaran dengan Xander?!" teriak Krystal tiba-tiba.
"Ng? Nampaknya kau kenal orangnya, Krystal?" tanyaku padanya.
"Onni! Pa li, ke tempat tadi lagi! Pa li!!!" teriaknya lagi.

Aku heran, tapi lebih baik kutanyakan alasannya nanti saja. Dengan buru-buru pun aku memutar balik arah.

To Be Continued

Made by: Gizelle
Gomawoooo~~
Tapi chapter selanjutnya kalian harus menunggu sampai bulan depan, haha...
Mian banget deh...
Sabar aja ya?^^

Friday, September 10, 2010

My Life Path (Chapter 7)

Annyeong! (again)
Karena keterlambatan yang sangat tidak bisa diampuniii... Makanya, kali ini post langsung 2 yah? Hehehe, OKD!

(Sica's POV)
Waah, sungguh hari yang melelahkan sekali. Tapi untung aja photoshoot tadi siang tetep berjalan dengan lancar.
Pada malam harinya, tiba-tiba perutku lapar sekali... Jam berapa ini? Hah? Jam 11 malam. Duh, tapi perut ini nggak mau dengar. Hmm, makan diluar aja deh. Wait, sendirian? Huuh, apa Krystal udah tidur? Coba deh kuajak dia aja.

Dan beberapa lama kemudian...

Wah! Yahoo!!! Dia belum tidur rupanya. Akhirnya kami berdua makan malam dulu deh diluar, mencari restoran dekat rumah... Ah ada! Yang disebelah warnet itu kan lumayan enak dan buka 24 jam karena biasanya habis dari warnet orang-orang disana langsung makan disana. Warnet kan 24 jam juga... Hehe, walaupun kata orang sih kalo makan lewat jam 6 sore nanti bisa gemuk. Itu sangat dilarang juga untuk model sepertiku ini. Tapi untuk darurat, ya sudahlah.

1 jam kemudian, aku dan Krystal pun selesai makan dan langsung keluar restoran. Huaahmm, setelah makan tuh mengantuk sekali ya? Jelas aja, ini udah tengah malam sih. Tapi kalo langsung tidur, aku bisa benar-benar jadi gemuk seperti omonganku barusan! Apa yang harus kulakukan...
Saat baru aja kami mau masuk ke mobil, ada taxi yang lewat. Nothing special. Hanya kulihat ada Xander didalam taxi itu. What? Kenapa Xander malam-malam begini dari warnet... Ah lupakan aja. Mungkin aku salah lihat.

Tapi aku mulai merasa janggal sejak saat itu. Sepertinya dia sengaja menjauhiku. Setiap kali ada photoshoot bersama denganku, dia selalu menolak dan akhirnya selalu digantikan oleh Eli. Kemana sikapnya yang dulu? Sekarang begitu dingin... Apa ada masalah dengannya? Dan akhirnya aku mencoba menanyakan masalahnya.

"Xander, ada yang mau kutanyakan..."
"Mianhamnida, Jessica noona. Aku sedang sibuk sekarang. Permisi." dan dia langsung pergi.
"Mianhamnida? Kenapa memakai bahasa se-formal itu padaku? Kenapa memanggilku noona lagi, bahkan Jessica, bukan Sica lagi? Kau mengucapkannya tanpa rasa apapun seperti kita memang tidak saling kenal! Ya! Xander! Xander!" teriakku. "Xander... Jebal..."
Dia tetep nggak memperdulikanku seperti hari-hari sebelumnya. Terlebih lagi, sikapnya bukan berubah padaku aja, tapi juga pada rekan kerja lainnya, sutradara ahjussi, bahkan Eli.

"Eli... Apa kau tahu ada terjadi apa dengan Xander?" tanyaku pada Eli.
"Na jeongmal mollayo, noona... Setiap kali diajak bicara denganku juga begitu. Walaupun dia tetep mengerjakan pekerjaannya dengan baik, tapi..."
"Jadi apa yang harus dilakukan?"
"Ottoke... Ah! Aku punya ide bagus, noona. Gimana kalo kita datang ke apartemennya?"
"Aku nggak tau alamatnya..."
"Bersamaku aja deh. Selesai photoshoot ini, langsung kesana aja. Gimana?"
"Hmm, keudae..."

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Seperti ide Eli, kami pun datang ke apartemen Xander. Eli menunjukkan kamarnya dan akupun mengetuk pintu itu.

"Nuguseyo?" katanya sebelum membuka pintu.
"Ini gw, Eli. Buka pintunya."
"Nggak ada yang perlu diomongin. Pergilah."
"Tapi ini penting!" Desak Eli.

Xander pun membukakan pintu untuknya. Tapi saat ia melihatku, ia langsung menatap Eli lagi dengan tajam.

"Kenapa dia disini?"
"Katanya ada hal yang mau ditanya ke lu..."
"Tapi ngapain dia disini?"
"Lu tiba-tiba berubah sikap begini, makanya dia..."
"GW TANYA KENAPA DIA BISA ADA DISINI, DI APARTEMEN GW?!"
"Hhh, gw yang tunjukin tempatnya. Lagian gw juga ada perlu sama lu."

BRAK!!!
Pintunya dibanting dan dikunci lagi oleh Xander.
"Pergi."
"Hey, Xander! Buka pintunya! Emang kenapa sih?! Lu buka lah cepetan!" Eli mulai kesal.
"Gw suruh lu pergi!"
"Xan..."
"Sekarang!" kata Xander yang terus menolak.
"Apa karena aku jadinya Eli pun nggak boleh masuk?" tanyaku.
"....."
"Xander..." kataku lagi.
"... Ya."
"Keurom... Aku akan pergi..."

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
(Xander's POV)
Bener-bener menyebalkan. Untuk apa Eli bawa-bawa Sica kesini segala? Terserah gw dong mau kayak gimana jadinya. Ini hidup gw kok. Dan cuma gw yang berhak tentuin, bukannya kalian ikut campur. Susah banget sih disuruh pergi aja.

"Apa karena aku jadinya Eli pun nggak boleh masuk?" tiba-tiba Sica mulai berbicara.
"....." gw ga tau mau ngomong apa.
"Xander..." tanyanya lagi.
"... Ya." jawab gw.
"Keurom... Aku akan pergi..." katanya lagi.

Sica benar-benar pergi... Ini... Apa ini pilihan yang paling tepat? Tapi kalo gw nggak bilang gitu, malah nanti Sica nanya alasannya. Dan... Gimana kalo ternyata dia emang bersaudara dengan Krystal? Nggak, nggak. Gw nggak bisa lakukan itu. Nggak bisa, nggak bisa... Harus bisa!!!
CKLEK!
Gw langsung lari keluar kamar dan menuju lift. Lantai 1.. 2.. 3.. Ah, lama sekali! Kapan lift ini sampai ke lantai 8? Apalagi harus sesuai urutan, naik sampai lantai terakhir (12) baru turun lagi!
Akhirnya gw putuskan untuk turun lewat tangga. Walaupun ini dari lantai 8 sekalipun. Caranya? Tentu aja... Lari!!!

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Belum, belum... Semoga dia belum pergi..."
Gw terus berdoa sambil menuruni tangga itu dengan gesit. Tapi tiba-tiba...
"AAA!!!"
BRUKK!!!!!!
"Sial, gw jatoh dari tangga barusan! Ah nggak apa. Tinggal 1 lantai lagi..." gw langsung berdiri. "Au!"
Kenapa lagi sih nih kaki?! Gila, sakit banget... Haish!

Tapi gw tetep harus kejar Sica. Gw gamao kalo dia sampe ngira gara-gara dia gw jadi cuek ke semua orang. Gw gamao kalo dia terus-terusan salahin diri sendiri tanpa tau penyebabnya. Dan kalo ternyata dia emang saudara Krystal, gw...

"SICA!!!" gw teriak dari kejauhan. Sica udah hampir masuk ke mobil dan gw sangat berharap dia denger teriakan gw.

Yes! Keliatannya dia denger teriakan gw barusan, karena dia sekarang lagi nyari-nyari sumber suara tadi. Dan gw pun coba menghampiri dia.

"Sica..."
"Xander? K-Kau menyusul? Omo... Kenapa berkeringat begini?" Sica langsung mengeluarkan saputangan yang ada di mobilnya dan mengelapnya ke muka gw.
"Turun tangga." jawab gw singkat.
"Mwo?" Dia tampak kaget. Yah, wajar lah... "Waeyo? Kamarmu lantai 8. Apa lift nya rusak? Tapi tadi saat kupakai nggak tuh..."
"Haha, kau ini lucu sekali. Tentu aja lift nya nggak rusak! Tapi terlalu lama, nanti nggak bisa menyusulmu. Ini aja kau udah mau masuk mobil."
"Xander... Kau memanggilku Sica lagi, aku senang." katanya sambil tersenyum.
"Itu... Mianhae, sebenarnya bukan kesalahanmu. Sungguh."
"Gwaenchana. Kau bisa menceritakan masalahmu bes... Xander? Kau kenapa? Xander?"
"Umm, gwaenchana... Ah, sampai jumpa besok..."
"Jangan pura-pura. Itu kakimu kenapa? Apa yang terjadi tadi?"
"Anni. Na... Na jeongmal gwaenchana! Sekarang kau masuk dalam mobil dan pulang aja ya, udah sore... Besok pasti kuceritakan semuanya." gw berusaha mengelak. Gw paling nggak mau melihat Sica murung begini, apalagi karena gw. Dan ini kedua kalinya!!
"Nggak! Kau bohong! Kau terlihat sangat sakit dengan kakimu itu! Cepat, masuk ke mobil! Kuantar kau ke rumah sakit sekarang!" dan dengan terpaksa gw akhirnya masuk mobil...

Huh, apa sifat semua yeoja itu kalo sedang khawatir malah jadi pemaksa? Seonsaengnim, omma juga, bahkan Sica...? Mungkin memang udah keturunan dari nenek moyang semua yeoja didunia (Eva). Kalo gitu kasihan sekali nenek moyang namja nya (Adam), iya kan?

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sesampainya dirumah sakit, Sica menuntun gw sampai ke waiting room dan dia langsung mendaftar ke resepsionisnya. Setelah selesai, dia duduk disebelah gw sambil menunggu giliran.

"Kakimu sebenarnya kenapa sih?" tanyanya.
"Umm, keseleo..."
"Benarkah?"
"Ne..."
"Baiklah... Mungkin diterapi sedikit oleh dokter juga udah sembuh. Lain kali hati-hati ya."
"Mm."

Gw tetep nggak bisa ngatain yang sebenernya kalo gw udah jatoh dari tangga sampe kayaknya ini kaki mulai mati rasa...

"Ttokbaro hae, Neon jeongmal Bad boy~ Sarangbodan hogisimppun..."

Sepertinya itu dering HP Sica.

"Yeoboseyo? Ah, omma... Nanti aja, sebentar lagi kok. Aah~ Ne, araseo... Annyeong. Saranghaeyo, omma." lalu Sica menutup teleponnya.
"Pasti dari omma mu."
"Ne..."
"Disuruh pulang karena udah malam?"
"Kau tahu?!"
"Tentu. Udah ketebak tuh di wajahmu. Hehe... Ya udah, pulang aja sana. Udah malem lho."
"Bagaimana denganmu?"
"Aku bisa pulang sendiri. Kau yang bilang kalo keseleo aja sedikit terapi bisa langsung menyembuhkan. Iya kan?"
"Iya sih, tapi... Xander... Kau bisa pulang sendiri."
"Ne. Naik taxi aja."
"Ooh, keudae...A-annyeong... Jangan lupa kalo besok kita ada jadwal, jangan menghindariku lagi."
"Bogoshipo."kata gw tiba-tiba.
"Neee???" dia kaget sekali, haha...
"Anni. Annyeong!"
"Kayaknya tadi kau barusan bilang 'bogoshipo' padaku. Benar kan?"
"Apa kau sedang menggodaku malam-malam begini?!"
"Aa... Bukan! Mu-mungkin hanya perasaanku aja... Mianhae."

Dan dia pun langsung masuk ke mobil dan pergi pulang. Hahaha! Wajahnya tadi merah bagai kepiting rebus! Seru juga ya mengerjai seorang noona~


To Be Continued

Credit: http://k-starsff.blogspot.com/2010/09/my-life-path-chapter-7.html
Made by: Gizelle

Terbalas kan hutang gw??? Nggak cukup??? (jangan ketagihan! sabar! ini belom selesai tau!!)
wkwkwk kalo gitu udah dulu ya~
Gomapta^^

Thursday, September 9, 2010

My Life Path (Chapter 6)

Hey author! Kau lama sekali! Lihat, ini hampir sebulan! Kemana aja sih???!!!!
Uwaaaaa~~~
Mian, mian, mian >.
Author yang teledor ini bisa-bisanya melupakan fanficnya! Gila kan? Gawat ini...
Meski sibuk, nggak boleh sampe lupa dong!
Huhuhu.... So sorry... ='(

(Xander's POV)
"Kau?!"
"Oppa..." panggil yeoja itu.

Gw nggak percaya sama apa yang barusan gw lihat. Gw langsung meninggalkan ruangan itu sambil mendobrak pintu. Untung aja formulir tadi udah selesai terisi, atau gw nggak akan mau lagi untuk kembali ketiga kalinya ke tempat ini. Dan kalau aja nggak ada Eli disamping gw, pasti gw udah marah-marah secara langsung di ruangan tadi tanpa memikirkan si sutradara ahjussi. Gw bener-bener langsung emosi.

"Xander-sshi! Lu nggak boleh menghilangkan kesempatan ini lagi, dong! Walaupun formulir udah selesai tapi kalau ahjussi melihat tingkah lu yang kayak gini sih sama aja bohong. Kendalikan sedikitlah..." bujuk Eli.
"Ini termasuk terkendali bagi gw! Kalo nggak, itu yeoja langsung gw bunuh!" protes gw.
"Yeoja? Yeoja yang tadi maksudnya? Kenapa dengannya? Lu nggak pernah cerita soal ini ke gw... Gw jadi nggak ngerti. Apa mungkin... Tadi lu tiba-tiba keluar dan mendobrak pintu gara-gara yeoja itu? Bener ya?"
"Ne. Dia mantan gw. Dan gw yang salah kenapa gw bisa pernah berhubungan sama cewek semacam dia yang brengsek!"
"Uwooo.... Tenang, tenang. Coba deh lu ceritain masalah lu pelan-pelan ke gw, jangan dikit-dikit emosi gitu... OK?" saran Eli yang keliatannya sih udah mulai jengkel juga sama Xander.
"Dulu... Waktu itu gw seniornya dan gw sempet nembak dia, trus ternyata dia nerima gw. Gw seneng banget sampe susah tidur karna mikirin dia terus. Yah, wajar lah namanya orang yang lagi falling in love kan? Kami pacaran udah lumayan lama, sekitar 3 tahun dan kami juga udah saling percaya. Sampe ada kejadian itu..." muka gw langsung murung.
"Kejadian apa?"
"Dia diculik."

"APA?! Kenapa bisa sih? Lu yang salah itu sih! Bener-bener nggak peka sampe pacar sendiri bisa-bisanya diculik!"
"ITU TERJADI PAS GW BARU SELESAI KENCAN DAN DIA UDAH GW ANTER KE RUMAHNYA!!!!!"
"Ooo... Mian. Teruskan."
"Mendengar kabar itu, gw langsung mencarinya kemana-mana. Gw bener-bener nggak mau kehilangan dia. Gw amat mencintainya. Dan saat itu, pikiran gw mulai kacau... Gimana kalo nanti terjadi apa-apa dengannya, dia pasti sangat ketakutan, dan sampai akhirnya nggak ketemu... Apa yang harus gw lakukan...?"
"Dia... Hilang berapa lama?"
"2 minggu."

"WHAT?!"
"Gw udah panggil polisi, gw juga minta tolong ke temen-temen terdekatnya, keluarganya, tetangga-tetangga bahkan sampai ditayangkan di televisi. Selama 2 minggu itu gw merasa depresi, putus asa, bolos kuliah, mogok makan, dan hampir bunuh diri. Sampe suatu saat gw ditelepon oleh sang penculik dan dia bilang gw harus ke tempat mereka sendirian. Kalo gw bawa polisi atau siapapun dia bakal mereka bunuh..."

"Jangan bilang kalo lu beneran dateng sendiri?!"
"Tapi itu kenyataannya. Pas gw udah di markas mereka, gw ngeliat kalo cewe gw udah tersiksa. Tampangnya pucat dan bener-bener lesu. Gw udah coba ngendaliin emosi gw tapi mereka cuma mau gw jadi saksi penyiksaan dia. Gw marah dan lawan mereka, tapi jumlah mereka terlalu banyak dan gw cuma kayak sampah yang nggak berguna. Sampe akhirnya mereka puas dan lepasin kami berdua. Gw sekarat, tapi gw masih ada tenaga buat bawa dia ke rumah sakit karena kondisinya udah kritis banget..."

"Kenapa lu bisa putus sama dia?"
"Nggak lama setelah pulih, dia minta putus. Tapi dia bilang terima kasih juga karena udah nolongin dia. Tapi dia minta maaf dan bilang kalo sebenernya selama ini dia nggak pernah serius ke gw. Dia pacaran sama gw karena kesel sama mantan pacarnya. Tadinya niat dia cuma sebulan/2 bulan dan langsung putus sama gw, tapi dia ngerasa kesian sama gw yang keliatannya emang suka sama dia. Jadinya dia terus mengurungkan niat itu selama 3 tahun ini..."
"Unreasonable! She's so cruel... Dan kalian berakhir begitu aja?! Lu nggak bales dendam?!"
"Kalo aja dia itu namja, bukan seorang yeoja pasti gw langsung bales dendam. Dan apa lu nggak mikir kalo gw bales dendam, apa bedanya gw dengan dia yang sama-sama licik?"
"Ya... Itu......"

Dan tiba-tiba datanglah Sica...
"Annyeong, Xander! Eli-ah! Sedang apa kalian disini? Eli-ah, bukannya kau nggak ada jadwal hari ini?"
"Wah, blonde hair! Cocok sekali untuk noona ^^ Owh... Kenapa noona memanggil dia hanya dengan sebutan Xander? Padahal memanggilku tetap dengan sebutan Eli-ah. Ini membuatku jealous, noona. Panggil aku Eli, seperti dia juga." protes Eli.
"No, no, no you can't!!!" potong Xander. "Itu panggilan khusus Sica buat gw!" jawab Xander dengan pe-denya.
"Enak aja! Gw tuh yang cocok buat noona. Liat aja, mulai besok gw bakal mengecat rambut gw dan kami menjadi pasangan blonde yang takkan terpisahkan!"
"Dasar lu. Gw sih lebih suka rambut asli gw yang kecoklatan ini, menunjukkan gw keturunan portugis. Hehehe, asli tanpa di cat lho! Kalo rambut gw item malah ketauan di cat jadinya^^"
"Huu...!" seru Eli.
"Aah, ya udah deh. Takut telat pemotretan nih... Aku duluan aja yah, bye bye!" ujar Sica.
"Waduh, sori nih sampe lupa kalo Sica ada jadwal hari ini, nggak kayak kami sih..."
"Kami? Xander, maksudnya tadi..."
"Yup! Sekarang aku juga jadi model lho! Sama seperti kalian berdua!"
"Ikut-ikutan gw tuh..."
"Hahaha, kalo gitu welcome yah anak baru. Hehe, nah sekarang aku masuk dulu. Hari ini pemotretan spesial bersama adikku. Dia juga model disini."
"WOW!!! Kakak-beradik jadi model, seneng banget pasti ortu kalian. Oke deh, Bye noona~" puji Eli.

Gw cuma diam. Sica punya adik? Dia seorang yeoja atau namja? Kalo adiknya itu yeoja, jangan-jangan dia adalah... AAH!!! Nggak mungkin! Sica itu ramah dan juga baik! Mana mungkin bisa disamain dengannya. Meskipun tampang mereka agak mirip, dari segi sifat berbeda sama sekali! Nggak mungkin dia itu bisa jadi adiknya.
Tunggu! Wait, Xander... Tadi apa yang gw bilang sebelumnya? Tampang mereka agak mirip? Barusan gw bilang tampang mereka agak mirip?! Kenapa bisa?! Nggak mungkin!!! Ini pasti cuma bayangan gw aja yang terlalu berlebihan. Ini khayalan doang...
Tapi... Kenapa gw masih punya firasat buruk?

"Xander-sshi!!! Dari tadi gw panggil malah bengong aja, mana pasang muka serem begitu, lagi! Jadi mau pulang bareng nggak, lu?" teriak Eli. Gw emang nggak denger panggilan dia dari tadi, sih...
"Ooh, Keudae... Mianhae..." gw berusaha untuk melupakan firasat itu dulu.

Sepulang gw ke apartemen, gw langsung membuka netbookku dan mulai browsing internet. Biasanya model-model dari SM yang sangat terkenal itu ada data yang cukup lengkap.
"Hmm, Jessica Jung... Lahir di California 18 April 1989 dan pindah ke Korea. Oh, ternyata nama Koreanya Jung Suyeon. Bagus juga. Hmm? seorang model, aktris, dan penyanyi... Wow! Bakat yang luar biasa ya! Sekarang kucari data keluarganya... Mwo? Kenapa ini? Kok tiba-tiba error begini sih? Aah~ Internet payah!!!" protes Xander.

Nyebelin banget sih! Hhh, besok pagi gw harus langsung ke warnet... Tunggu, apa sekarang aja ya? Tapi ini udah tengah malem. Apa masih ada taxi? Mana mobil gw kehabisan bensin dan lupa diisi, lagi! Tempat isi bensin kan jauh dari sini! Ini semua gara-gara Eli yang tadi nggak sabaran langsung pengen pulang! Hhh...
Mana ada warnet dekat apartemen ini?! Halte bus nya juga jauh (malah lebih jauh daripada warnetnya sendiri), MTR udah tutup jam segini, satu-satunya cara... Jalan kaki?! OMG, mending gw tunggu besok pagi lah.
Tapi besok pagi langsung ada jadwal pemotretan gw jam 7... Jarak dari sini ke SM butuh waktu setengah jam, belum lagi harus isi bensin dulu...

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dan pada akhirnya gw pergi jalan kaki juga deh ke warnet. Taxi beneran nggak ada satupun! Duh gila aja sih ini, 10 km jaraknya!!! Maklum deh, disekitar apartemen gw yah apartemen-apartemen lain juga. Perumahan cuma sedikit karena harga tanah disini lumayan tinggi. Eli rumahnya dekat dari apartemenku dan dia tinggal bersama keluarganya.
Fiuhh... Sampai juga! Setelah sekian lama... Huh, pantesan deket sana tadi nggak ada taxi. Pada nongkrong disini semua! Tapi bagus deh, karena pulang nanti nggak perlu jalan kaki lagi.

Tiba-tiba seorang yeoja cantik yang sangat kukenal baru saja keluar dari restoran yang tepat disebelah warnet yang kudatangi. Wah, nggak nyesel jalan kaki capek-capek. Kalo dateng pake taxi yang lebih cepet malah mungkin nggak bisa ketemu dengannya. Yup, dialah Sica! Seorang noona pujaan gw :)

"Hai, Sssi... Krystal?" gw nggak jadi menyapa Sica. Karena ada yeoja brengsek yang baru aja gw sebutin namanya itu disebelah Sica.
Emosi gw nggak bisa gw kendalikan setiap kali ngeliat dia. Dan pikiran itu mulai muncul lagi, sekaligus firasat buruk gw. Kenapa Sica pergi ke restoran bareng bersama dia malam-malam begini? Dan kenapa Krystal juga mengajak umma dan appa-nya?! Apa mereka bener-bener saudara?! Nggak, nggak, NGGAAAAKKKK!!!!!
Gw langsung panggil taxi dan pulang, muak dengan semua ini.


To Be Continued

Credit: http://k-starsff.blogspot.com/2010/09/my-life-path-chapter-6.html
Made by: Gizelle

Finish... Not yet...
Karena masih ada sambungannya lagi... Hahahahahahah... =(
Duh cape...
Kapok juga ternyata bikin fanfic panjang-panjang gini. Hehe.
Tapi jujur, aku suka ceritanya sih, lumayan...
(anak gila bikin sendiri komen sendiri)
Thanks yah udah dibaca!!!

Gomawo~~