Pages

Wednesday, July 21, 2010

My Life Path (Chapter 2)

 Chinguuu!!!! Annyeonghaseo untuk ke sekian kalinya! Kali ini author balik lagi untuk sharing chapter 2 bersama kalian semuaa! Sampe mana waktu itu? Yup! Sica yang mengajak Xander dinner bareng!
Woow~ So sweet...
Duh, how you, Eli... Gimana ya keadaannya di rumah?

(Eli's POV)
"Xander-sshi sekarang lagi ngapain yaaa...? Ah tentu aja dia lagi seneng-seneng ama Sica noona. I'm jealous... Huaah, padahal dia tuh my love in first sight..." Gw masih aja termenung sendirian di kamar sambil tiduran menghadap langit-langit.

Ah! Biarin aja lah! Lusa juga bagian gw kok!
Ah tapi masih lama...
Ah, gimana dong...?
Ah?! Masih harus nunggu lusa kan artinya 2 hari! Sama aja nungguin 48 jam! 2880 menit! 172800 detik!
Ah~ ga rela! Enak aja cewe gw (pede banget) udah keburu direbut duluan sebelom giliran gw makan bareng ama dia! Ga bisa itu! Bisa-bisa dia udah berpaling duluan ama Xander dan malah jadi nolak gw nih!

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!!!" teriak gw histeris sampe omma dateng buru-buru ke kamar gw...
"Eli? Kau kenapa, sayangku?" tanya omma dengan khawatir.
"Ah, mianhaeyo omma... Omma jadi bangun malam-malam begini..."
"Gwaenchana. Memangnya ada apa, sih? Coba Eli cerita ya ke omma..." bujuk omma.

Haah, omma emang luar biasa baik. Dia begitu perhatian ama gw. Tapi gw bukan orang yang manja kok. Cerita nggak yaa...? Duh malu juga. Tapi kalo nggak cerita, berarti gw nggak sopan dong sama omma sendiri? Haah, bingung... Na jeongmal ottoke?

"Omma... Omma pernah jealous nggak?"
"Tentu pernah. Setiap orang pasti pernah. Eli lagi cemburu sama siapa? Ada temen yang dapet nilai bagus? Atau karena ada orang yang hidupnya berlimpah? Atau... Ehm, cinta?"
"Aah, omma! Apa yang harus kulakukan nih?"
"Ooh... Tentang cinta rupanya. Memang... Kalau menurut Eli sendiri, Eli mau gimana?"
"Mau protes, bentakin, pokoknya marah-marah deh! Nggak boleh, cuma aku yang harus dapetin dia!"
"Lho, lho, lho...? Jadi ceritanya memperebutkan seorang yeoja nih..."
"Ne..."
"Keudaeh... Kalau memang itu yang bisa bikin Eli lega, ya lakukanlah. Meski itu bukan cara terbaik sih... Cara yang mau Eli lakukan tadi terlalu kasar. Bisa-bisa yeoja itu malah membela sainganmu, lho." nasihat omma.
"Tentulah omma, nggak mungkin juga aku mau melakukan kayak gitu. Aku nggak tega ama sainganku. Bener-bener nggak boleh nyakitin sainganku itu, omma. Lagian... Aku nggak punya keberanian kayak gitu... Sainganku itu orangnya rada cuek mikirin resiko, yang menurut dia bakal jadi fun kalo dia lakuin, ya langsung dia lakuin. Dia bener-bener pede deh orangnya!"
"Eli kan juga orangnya fun?"
"Mana bisa aku jadi tetep fun kalo didepan yeoja yang kusuka... Malahan jadi grogi. Aku kan bukan dia..."
"Waduuh, jangan begitu. Siapa juga yang suruh Eli-ku menjadi orang itu...? Coba deh tunjukin kemampuan lebih yang Eli miliki. Eli jago bahasa Inggris, pasti yeoja itu jadi kagum."
"Yeoja itu juga bisa bahasa Inggris. Dia Amerika-Korea."

Mata omma terkejut, namun menimbulkan ekspresi senang. Gatau deh apa yang di pikiran omma sekarang. Tapi gw emang lagi butuh nasihat-nasihat bijak dari omma.

"Itu bagus! Bagus sekali, Eli! Justru karena kalian berdua bisa bahasa Inggris, bisa nyambung nantinya! Mungkin aja dia lebih nyaman ngobrol pakai bahasa Inggris denganmua kan daripada harus berbahasa Korea dengan sainganmu itu!" hibur omma.

Ya, benar! Terima kasih omma untuk hiburanmu. Yeoja itu emang suka berbahasa Inggris, karena di Korea dia selalu berbicara bahasa Korea dan dia jadi kangen berbahasa Inggris! Tapi omma...

"Sainganku itu juga bisa bahasa Inggris dengan lancar." jawabku masam.
"Bagaimana dengan bakatmu yang satu lagi? Kau bisa rap! Omma aja suka dengerinnya kalo Eli lagi rap. Bagus!" puji omma lagi.
"Dia juga bisa rap."
"Siapa?"
"Sainganku."
"Eli pinter dance kok."
"Sainganku malah bisa dibilang jago dance. Bukan pinter dance doang."
"Aduuh, memang apa aja sih yang sainganmu bisa? Kok sama denganmu? Hmm, ah ya. Kau bilang dia orangnya sangat fun, bukan? Biasanya yeoja memang suka dari awal orang yang fun dan mudah bergaul, tapi kalo terlalu fun dan susah diajak serius, lama-lama yeoja itu akan jengkel dengan namjanya..."
"Nggak, omma. Dia sekalipun bisa serius. Dia tau waktu yang tepat buat serius & fun karena dia juga punya jiwa pemimpin jika dia berada dalam suatu grup. Dia orang yang teliti. Waktu itu aku dan sainganku itu dapet soal matematika yang sama. Aku udah lupa gimana pertanyaannya karena itu udah lama. Pokoknya tentang square root dan ada pecahannya juga. Intinya disuruh cari nilai x. Bukannya aku nggak bisa, tapi dia menjawab dengan cepat. Padahal kulihat kertasnya masih kosong, beda denganku yang penuh coretan berhitung..."
"Lho? Kenapa bisa?"
"Disitu ditulis... 0 < x < 1 di bagian pinggir. Udah pasti jawabannya C... 0,bla bla bla (nggak inget) karena jawaban lain ada yang 3, atau -7, dan yang lainnya. Dia lebih teliti dariku. Kalo aku nyanyi biasa kurang cocok, lebih cocok di bagian rap. Tapi kalo dia sih... Nyanyi biasa aja juga bagus. Ada sih kelemahannya. Dia suka salah menulis hangul karena dia bukan orang Korea. Tapi itu juga salah satu kelemahanku, omma."
"Eli... Jangan putus asa begitu..."
"Apalagi?! Ya, masih ada! Aku jago berbahasa Inggris karena appa adalah orang Amerika yang berasal dari L.A. Dan dia? Sainganku itu bisa berbahasa Inggris, Korea, Mandarin, Cantonese, Jepang, Perancis, Spanyol, dan Portugis! 8 Bahasa!"
"Eli... Jangan bilang kalau dia adalah..."
"Alexander."
"Eli... Harusnya kau bersaing secara sehat, apalagi dengan sahabatmu. Nggak boleh begitu, kalian sudah lama bersahabat. Nggak seharusnya hubungan kalian pecah hanya karena seorang yeoja."
"Kenapa, omma? Tadi omma membelaku? Kenapa sekarang nggak lagi setelah tau kalo sainganku itu Xander? Kenapa? Karena omma memang sudah menganggapnya sebagai anak sendiri, sama seperti omma memperlakukanku! Iya kan? Karena dia adalah Xander? Karena itu adalah dia makanya omma nggak mau membelaku lagi!"

BRAKK!!!

Gw banting tuh pintu kamar keras-keras. Harusnya emang jangan cerita ke omma. Omma nggak akan mau bantu kalo aku saingannya sama Xander.
HHhh, cuma buang tenaga aja!
Ting!
Ya, benar... Gw harus mengawasi Xander dan Sica yang lagi makan bareng. Tadi Xander sangat bersemangat sampai keceplosan menyebu nama restorannya. Keurom... Gw bakal kesana sekarang juga! Harus!!!

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Tosokchon... Dimana sih itu? Meski udah lama gw tinggal di Korea, kalo soal restoran biasanya Xander yang ngajak. Dia tau begitu banyak restoran enak. Yah, dia emang orang yang rakus..."

Akhir-akhirnya gw nanya orang laen juga deh buat tanya jalan ke restoran itu (takutnya kesasar terlalu jauh ga bisa pulang nanti)

"Ma-maaf, ahjussi... Anda tahu dimana letak restoran Tosokchon?" tanya gw dengan sopan.
"Tosokchon?! Tentu! Mana mungkin tidak tahu, haha... Dekat sini kok. Kau tinggal lurus dari sini dan belok kanan, setelah itu ada pertigaan, belok saja ke kiri. Di barisan sebelah kiri itu pasti langsung tahu deh mana yang bernama Tosokchon."
"Wah, gumasumnida ahjussi!" kata gw girang. Yes, ga kesasar! Malah sedikit lagi sampe!

Gw jalan menurut petunjuk ahjussi tadi. Yah... Emang pasti langsung ketauan kalo ini restoran Tosokchon. Restorannya mewah! Gawat, bisa-bisa Xander merebut Sica noona duluan. Okay, let's go in...
"Maaf... Apa anda sudah memesan tempat?" tanya seorang pelayan di depan pintu.
"Anniyo..."
"Sangat maaf sekali, namun kami tidak menerima tamu yang belum memesan tempat saat datang karena tamu lain yang sudah memesan tempat pun masih ada yang harus menunggu. Mohon anda datang lain kali." jelas pelayan itu.
"Ta-tapi... Kenapa? Kalian pun bisa rugi kalau begitu terus, kan? Tolong biarkan saya masuk kali ini. Lain kali saya akan booking tempat terlebih dahulu..."
"Sekali lagi mohon maaf... Itu memang sudah merupakan peraturan dari restoran ini. Ini juga untuk menjaga citra kami sebagai restoran nomor 1 di Seoul."

Apa katanya barusan? Restoran nomor 1 di Seoul? Xander pun tak pernah mengajak gw kemari! Bisa-bisanya dia langsung mengajak seorang noona yang bahkan baru dikenal siang ini untuk makan di restoran yang sangat mahal seperti ini! Sial...!!!

To Be Continued

Uaaahhh!!!! Aduh Eli kesian banget sih >< Tenang aja... Nanti tetep ada saatnya juga kok Eli dapet bagian enaknya. Lagian Eli terlalu baik sih sebenernya (hehe)
Tunggu!!! Gimana sih Xander & Sica yang di dalem? Penasaran banget nih!! Cepetan dong lanjutinnya!
Sabarrr~ Sebenernya udah selesai koq yg chapter 3. Tapi kalian tetep harus nunggu seminggu kayak biasanya yah :)
Itu udah ketentuannya... Gomawo^^

My Life Path (Chapter 1)

Hai, chinguu~
Fanfic yang kali ini aku buat pake tokoh campuran dari U-Kiss dan SNSD.
Wah wah wah, penasaran? Yuk langsung dibaca aja ^^

(Xander's POV)
"Hei Xander-sshi!"
"Hei juga, bro! Hmm, kita mau ngapain nih sekarang?"
"Ngapain yah? Mau refreshing mata nih..."
"Refreshing? Kalau gitu kita santai aja hari ini. Ke kebun binatang! Hahaha!"
"Dasar lu tetep aja kayak anak kecil. Sadar umur, dong! Tapi yah untuk kali ini... Oke, ayo!"

Gw Alexander dan biasa dipanggil Xander. Gw punya teman baik, dialah Eli. Kami memang bersahabat sejak kecil. Walaupun gw lebih tua darinya, entah kenapa malah dia yang selalu menganggap dirinya sebagai hyung. Makanya dia nggak pernah panggil gw hyung, malah nama gw langsung. Xander-sshi.  Gw pun panggil dia Eli-sshi. Harusnya gw panggil Eli-ah karena dia lebih muda dari gw. Tapi dia nggak pernah mau nyahut setiap kali gw panggil begitu. Huh. Awalnya sih kesel, tapi seiring berjalannya waktu, gw malah jadi terbiasa dengan itu. Ya udahlah. Toh kami sahabat, kalo panggilnya hyung dan dongsaeng jadi seperti kakak-adik kan? Cih, siapa juga yang mau punya adik kayak dia?! It's the worst dream for me.
Sesampainya di Kebun Binatang...

"AAAAAHHH!!!!!" teriak Eli.
"Napa lu?"
"Xander... Xander-sshi..." mimiknya berubah menjadi sedih. Gw jadi penasaran.
"Wae? Lu napa sih...?" tanya gw pelan.

Lalu Eli berlari menuju ke seekor orangutan yang letaknya nggak jauh dari kami.

"Oh, Xander-sshi, kenapa lu jadi kayak begini~ Prihatin gw..." Eli pura-pura nangis.

Tadinya gw pikir dia emang serius, ternyata malah mau ngejek gw. Liat aja lu nanti yaa!! Mana mungkin gw bisa disamain ama orangutan? Sialaaaannn!!!!!

"Eliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.................!!!!!!!!!!!!!!!" teriak gw sekenceng-kencengnya.

Eli tertawa dan langsung berlari karena dia tau kalo gw bakal mengejarnya.

-----------------------------------------------------------------------------------
Akhirnya kami udah ngelilingin kebun binatang ini dan sangat cape, apalagi pa ngejar Eli. Dia gesit banget. Susah untuk menangkapnya!

"Hh, harusnya lu langsung menyerah aja.." kata gw ke Eli.
"Salah... Hhh, harusnya lu langsung bisa maafin gw dan nggak perlu mengejar segala. Jadi kita nggak akan secapek ini..." balasnya.
"Huh, masih aja mengelak gitu. Udah nggak sopan dengan sunbaemu ini..."
"Sunbae? Ah lu masih kayak anak-anak, terlalu playful. Jadi walaupun lu ini sunbae dan gw dongsaeng, tetep aja gw nggak bakal manggil lu pake sebutan hyung." Tuh, bener kan apa gw bilang? Dia nggak sopan!

Tiba-tiba mata gw tertuju oleh seorang yeoja... Nomue yeppeo... Dia udah mengalihkan dunia gw. Rambut coklat dan ikalnya sangat cocok dengannya, ditambah lagi dengan senyumannya yang amat luar biasa manis. Bener-bener tipe kesukaan gw...
"Eli-sshi..."
"Mwo?"
"Liat deh kearah sana..." kata gw sambil menunjukkan sesuatu.
Dan Eli juga sama kayak gw. Mata Eli langsung terpana. "Miinah... Gw kepingin kenalan dengannya."
"Ne... Ayo!"
"Mwo? Langsung? Lu gila ya?!"
"Ya, tunggu apalagi? Gw emang lagi tergila-gila ama tuh yeoja!"

Dan langsung aja gw hampirin yeoja itu.

"Umm, annyeonghasseo..." sapa gw sopan. Harus dong! Jaim gitu...
"Annyeonghasseo. Dangsin nuguseyo?" tanya yeoja itu heran. Jelas aja, dia nggak kenal ama gw!
"Joneun Alexander Lee Eusebio imnida. Salam kenal!" jawab gw bersemangat.
"Alex? Apa itu nama aslimu? Kau tidak terlihat seperti orang Korea."
"Ne, aku blasteran. Half Korean, half Portugese, half Chinese." jawab gw mantap.
"Wah? Banyak sekali..."
"Yep. Omma full Korean dan appa blasteran Portugese-Chinese. Jadi yah begitu deh... Aku jadi lancar 3 bahasa itu. Tapi sebenarnya aku bisa 7 bahasa, lho! Korean, Chinese, Portugese, Cantonese, English, Japanese, French, Spanish..." kata gw sambil membanggakan diri.
"Itu ada 8."
"Yah, tapi orang-orang menganggap Chinese dan Cantonese sama. Yah memang agak mirip sih..."
"Waah, hebat sekali! Kau benar-benar internasional ya!" puji yeoja itu. Aih senangnya~
"Kamsahamnida. Ngomong-ngomong, boleh aku berkenalan denganmu?"
"Boleh saja. Aku Jessica Jung. Aku blasteran Amerika-Korea."
"Wah, Amerika? Senangnya jika aku bisa bicara bahasa Inggris denganmu. Sebenarnya bahasa Korea ku masih kurang lancar dan sering salah urutan..." jujur gw. Yah, kasih tau kelemahan nggak apa lah.
"Kau baru pindah ke Korea, ya?"
"Anniyo, aku sudah lama. Tapi biasanya dengan keluarga dan teman baikku berbicara bahasa Inggris, jadi tetap saja aku kurang lancar bahasa Korea, apalagi menulis hangul... Sering salah, hehe." jawab gw terus terang.

Kamipun banyak ngobrol dan saling kenal satu sama lain, meski belom terlalu detail, tentunya. Gw ngomong pake bahasa Inggris dengannya. Jadi nggak perlu berpikir 2 kali untuk menyusun kalimat. Inggrisnya lumayan lancar, walaupun dia udah lebih terbiasa pake bahasa Korea.

"Alex..."
"Oh, panggil aja Xander. Aku lebih terbiasa dengan panggilan itu. Kalau kau? Jessy?"
"Bukan. Sica. Panggil saja begitu. Oh ya, daritadi aku merasa seperti ada orang yang memperhatikan kita. Perasaanku jadi tidak enak..."
"Benarkah?" lalu gw melihat sekeliling.

Oh! Haha, emang ada. Dan itu orang yang terlupakan. Eli. Dan gw langsung menariknya dan memperkenalkannya pada Sica.

"Ini temanku, Eli. Dia berasal dari L.A." jelas gw singkat.
"Los Angeles? Waah, cool namja..." puji Sica pada Eli.

Wajah Eli langsung memerah tersipu. Gw aja baru kali ini melihatnya begitu. Lalu Eli langsung menatap gw tajam. Setajam silet...

"Why you bring me here suddenly?! It's a silly thing, bro! I've said you can tell me about this girl later, after you finish your conversation with her! You know that, I'm shy to meet her with this way!" protesnya dalam bahasa Inggris.

Mungkin dia kira Sica itu seorang yeoja Korea biasa yang belom begitu lancar bahasa Inggris. Malah mungkin dipikir nggak bisa bahasa Inggris sama sekali. Duh, gw hampir ketawa. Sica juga. Cuman dia menutupinya.

"Hey, Eli-sshi... Listen to me first..." bujuk gw.
"I don't want to hear your explanation here. I said, later! I'm too shy here, she's too pretty! I'm not a brave guy like you, Xander-sshi! You know my position... I want to go back to my place."
"But she said that you disturbed her. She feels uncomfortable if you always look at us like that in your place."
"So I just go home then. Bye."
"Hey, you must be polite. She's older than you!"
"Older? Noona?" katanya hampir nggak percaya. Dia melihat Sica lagi. "But she looks younger than me."
"Yeah, I know it. Umm..."
"Oh, don't waste my time here! Ah yes, don't forget to take a picture of her. I wanna see her tonight."

Duh, gw nggak tahan lagi. Rasanya asyik banget ngerjain Eli. Yah, anggap aja sebagai balasan karena dia tadi menganggap gw sebagai orangutan. Dan inilah akhir sekaligus klimaks dari keisengan gw. Gw melirik ke arah Sica noona. Sepertinya dia pun hampir nggak tahan lagi. Baiklah, gw akan terus terang...

"Wait, Eli."
"What else?!"
"I... I just want to tell you the truth..."
"About what?"
"About this girl."
"This pretty girl? Okay. Ah, I know. The truth is she's younger than me? Haha. It's ok, though she's younger or older than me, she's still in my type."
"Anniyo! Not that, but... Umm, this girl..."
"Come on! You're too slow like a turtle! No, no, no... Snail!"
"How can I tell you if everytime I want to tell you always cut my words!"
"Uuh, Okay. I'll be patient."
"She... She can speak English well."
"WHAT?!"
"She's an American-Korean girl. She's Californian..."
"Mwo... Mworago?!! So then... She can understand my words? My last conversation with you?!"
"Bingo!" teriak gw seneng karena berhasil mengerjainya! Hahaha!!! ^^
"Hmph..." tawa Sica noona yang masih ditahan dengan tangannya.
"AAAAA...... Ottoke....? Mi-mianhaeyo, noona... Na jeongmal mollayo..."
"Haha, gwaenchana. Lucu sekali melihatmu mengancam Xander-ah tadi. Sebenarnya kau bisa mendapat fotoku sekarang, tak perlu menunggu nanti malam. Dan walaupun aku lebih tua darimu, kamsahamnida karena aku tetap masuk dalam tipe kesukaanmu."

BWOOOOSSHHH!!!!! Muka Eli sangat merah bagaikan kepiting rebus. Dia pasti bener-bener malu sekarang, kata-katanya tadi bisa dicerna baik oleh Sica noona! Rasakan pembalasanku itu, Eli! Makanya, jangan suka macem-macem deh ama gw! Hahaha...

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sepulangnya dari Kebun Binatang itu, kami berdua terlihat 'bersinar'. Bukan karena binatang-binatang yang pintar berhitung, akrobat, ataupun yang lainnya melainkan karena Sica noona. Haah... Ekspresi kami begitu mudah ditebak.

Pada malam harinya, Gw dateng ke rumah Eli. Tadinya kami ingin bersama-sama menelepon Sica noona karena udah dapet nomor hpnya. Kirain Eli bakal curi start duluan sebelom gw dateng. Ternyata kaga, dia justru cuma jalan mondar-mandir di kamarnya.

"Ah, Xander-sshi! Lu lama banget sih datengnya!! Gw nggak tahan lagi nih! Gimana caranya nelpon Sica noona?!" dia langsung mengomel begitu gw masuk kamarnya.
"Dikira lu udah nelpon duluan..."
"Impossible! Apalagi setelah kejadian tadi siang lu permaluin gw didepannya! Kurang ajar! Udah deh, ini! Lu telepon dia duluan sana!"
"Yakin nih..?" gw tersenyum licik kearah Eli.
"Yakin!" jawabnya begitu mantap.
Tapi paz gw udah pencet tuh nomor & dial, tiba-tiba...
"TUNGGU!!!" bentak Eli. "Masa' lu yg ngomong ke dia duluan sih?"
"Lu mau? Ya sini ngomong! Mumpung dia belom ngangkat."
"Aah... Tapi... gw grogi, man!"
"Ya udah kalo gitu gw duluan. Gw loudspeaker deh." Dalem hati: Yes gw duluan sebelum Eli!

Akhirnya...

"Yeoboseyo?"
Ah! Suara Sica noona di telepon sangat merdu...
"Yeo... Yeoboseyo, noona. Na... Xander gwa Eli imnida..." duh gawat, gw gugup nih!
"Ooh, Xander-ah! Ternyata kau benar mau meneleponku malam ini bersama Eli-ah. Apa kabar?"
"Gwaenchanayo, noona. Apa kami mengganggumu?"
"Tentu tidak. Tidak sama sekali. Aku bebas hari ini. Kenapa?"
"Ah.. bukan... itu..." Uuh, gimana ngomongnya nih? Eli-sshi, bantuin dong!
"Kalau nggak keberatan, noona mau makan malam bersamaku?!" kata Eli tiba-tiba.

Hei, kenapa dia tiba-tiba jadi berani ya? Mungkin karena udah daritadi, groginya jadi hilang. Tapi cukup membantu, karena gw gatau apa yang mau diucapin setelah tadi. Haha... Tunggu. Tadi Eli bilang 'bersamaku'? Mereka berdua doang? Mana bisa dibiarkan!

"Noona, maksudnya makan malam bersama kami. Kita makan bertiga..." kata gw berusaha memperbaiki kalimat.
"Nggak kok. Kita berdua aja, noona." Potong Eli.
"MWO?! Lu mau enak sendiri ya?!" gw mulai marah.
"Maksud gw giliran, Xander-sshi. Malem ini ama lu, beok malem ama gw. Gitu!" jelas Eli.
"Dasar, lu pikir dia selalu punya waktu luang?!"
"Iya juga..."
Dan akhirnya Sica noona menjawab, "Wah aku diperebutkan ya? Haha. Boleh juga kata Eli-ah. Tapi besok aku nggak bisa. Gimana kalau lusa untuk Eli?"
"Bolehkah? Waaaahhh... Gomawoyo, noona! Jeongmal gomawoyo..."
"Haha, gwaenchana..."
"Baiklahh!" kata gw tiba-tiba. "Noona, sekarang juga aku akan menjemputmu ya! Benar kan alamat yang noona kasih tadi siang?"
"Ne..."
"Sipp, aku akan datang secepat kilat, noona!"

Dan Eli harus menunggu 2 hari lagi untuk berbahagia seperti Xander kali ini...


To Be Continued


Yuph! Intinya pasti kalian udah dapetin. Dan dengan ini, kalian langsung tau kan tokoh utamanya siapa? Tentu aja mereka bertiga! Mulai saat ini, mereka akan jadi tokoh utamanya dan begitu juga di chapter-chapter berikutnya.
Bagi yang penasaran sama nasibnya Eli, sabar yaa~ Tunggulah sampai chapter ke-2 di posting ok? Hehe
Jangan lupa kasih comment yaa^^
Gomawo...