Pages

Monday, November 8, 2010

My Life Path (Chapter 9)

Chapter 9 (Krystal's POV)
"Pa li, onni! Pa li! Nanti bisa telat!!! Dia keburu pergi!!!" teriakku.
"Ne!! Kau bersabarlah dulu!! Duh.." kata onni yang kerepotan membawa mobil.

Dan akhirnya mobil pun berhenti setelah sampai di tempat tadi. Aku langsung buru-buru keluar dan menuju ke pangkalan taxi. Mencari orang yang tadi kumaksud.
Itu! Dia ada di seberang jalan!

"XANDER!!!" panggilku.

Dia menoleh, tapi setelah melihatku dia malah tidak peduli dan langsung menuju salah satu taxi. Aku tahu akan begini, maka akhirnya di jalan yang ramai itu aku berusaha menyeberang kesana.
HAISSHH!!!! Sial! Kenapa bisa seramai ini?!
Akhirnya aku langsung menyeberang saja, berharap mobil-mobil itu melihatku dan langsung menginjak rem. Tapi ternyata salah. Ada satu mobil yang tetap melaju kencang dan...

"AWAAAASSSSS!!!!!!!"

---------------------------------------------------------------------------------------------------
Aku... masih hidup kah? Apa sudah mati...? Ah, ya sudahlah...
Tiba-tiba...

"Krystal, Krystal..." aku merasa ada yang memanggilku.
"Nugu...?" tanyaku pada suara itu.
"Ini aku," jawabnya.
"Ng...? Kau..."

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"OPPA???"
"Wah!" kata Sica onni. "Kau sudah sadar, Krystal! Syukurlah..."
"Mwo... Mworago?" kataku masih heran. Jadi tadi cuma mimpi? Lalu kenapa aku bisa ada dirumah lagi? Apalagi di tempat tidurku.
"Ah ya. Kau tadi pingsan sih. Mungkin karena kaget. Tadi kau hampir aja tertabrak mobil tau! Makanya, kalo mau menyebrang tuh hati-hati dong! Masih untung selamat..."

Dan bla-bla-bla. Onni kalo udah ngoceh susah berhentinya sih. Kalo dijawab malah dibilang membantah atau apalah begitu. Ya udah deh, tanggapin aja sambil ngangguk-ngangguk. Tapi... Siapa yang menyelamatkanku? Apa itu benar-benar Xander?

"Onni, siapa yang..."
"Kau harus berterima kasih pada Eli. Saat ia menyusul dan mengikutimu itu setelah kembali ke mobil, onni melihatmu sudah dalam keadaan pingsan. Dia bahkan sampai menggendongmu kekamarmu ini yang terletak di lantai 3!"
"Eli oppa?"
"Ne! Dia aja kayaknya cape banget apalagi setelah photoshoot hari ini. Kau malah merepotkannya lagi. Kau harus minta maaf dan berterima kasih padanya ya!"
"Hmm? Sekarang oppa dimana?"
"Sudah pulang. Kau terlalu lama pingsannya."

Oh... Aku salah sangka. Ternyata yang menolongku itu Eli oppa. Tapi... Kenapa yang muncul dalam mimpi itu malah Xander? Ah sudahlah, Krystal. It's just a dream. D-R-E-A-M. Ingat itu.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Flashback (Xander's POV)
"XANDER!!!" ada yang memanggil gw.

Ooh, ternyata dia. Krystal. Akhirnya dengan sengaja gw cuek dan menuju taxi. Mau cepet-cepet pulang jadinya setelah melihat dia. Setidaknya menjauh dari tempat ini.
Tapi tiba-tiba dengan nekadnya dia menyebrang di jalan yang ramai ini. Apa sih maunya?!
Dan ada mobil yang...

"AWAAAAAAAAAASSSSSSSS!!!!!!!!!!!!!!!!!" teriak gw spontan.

Langsung gw lari secepat mungkin dengan kaki yang sekarat ini dan mendorongnya ke pinggir jalan. Syukurlah dia selamat. Hei, tapi kenapa mukanya pucat? Apa karena kaget?

"Ya! Kau babo! Kenapa ramai begitu malah nekat menyeberang?! Cepat bangun! Hei, sadar!! Krystal, Krystal..." kata gw sambil menggoncangkan tubuhnya, berusaha membuatnya sadar.
"Nugu...?" balasnya.
"Ini aku," jawab gw.
"Ng...? Kau..."

"XANDER-SSHIIII!!!!!!!!!!!!!" teriak seseorang dari kejauhan. Rupanya Eli. Dia menghampiri gw.
"Xander-sshi! Kenapa dengannya?" tanya Eli dengan penasaran.
"Dia hampir tertabrak mobil saat mau menyeberang," jawab gw singkat.
"MWOOOO?????" Eli kaget. Tentu aja.
"Nggak apa. Untungnya tadi gw masih sempet tolongin dia dan sekarang kayaknya dia pingsan karena shock. Sekarang lu bawa dia balik ke mobil aja."
"Lu nggak mau ikut?"
"Nggak usah. Taxi tadi menunggu gw."
"Arasseo. Hati-hati ya."

Dan akhirnya Eli pun menggendongnya kembali ke mobil dan membawanya pulang.
Flashback end
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
(Xander's POV)
"Aah, sial... Kaki ini semakin sakit gara-gara jatuh tadi. Jatuh sedikit aja udah begini, gimana patahnya? Oh jangan sampe deh..."

Tunggu. Kenapa tadi gw tolong dia? Bukannya harusnya lu bales dendam? Ah, lu tuh babo banget sih, Xander... Eits! Nggak juga deh. Sekejam-kejamnya gw nggak akan melakukan hal begituan. Dan ingat, dia akan mati dalam sekejap kalo gw nggak tolongin. Yah, kayaknya emang lebih mendingan gw tolong kayak tadi aja.
Sebenernya... Gw sendiri heran. Apa sebegitunya gw nggak mau maafin dia? Walaupun dia hampir buat gw dibunuh, tapi kenepa sekarang malah gw merasa kalo gw kejam banget sama dia? Padahal dia lebih kejam daripada gw! Dan biar begitu dia tetap adik Sica...
Andwe! Siapapun dia, dia tetap bersalah! Andwe! Tapi... AAAARGH! Pusing! Bodo amat lah!

Lalu gw keluar apartemen naik motor automatic yang baru aja dibeli setelah gw tau harus di gips dengan jangka waktu yang cukup lama. Setidaknya kan nggak perlu mengganti-ganti gigi segala seperti motor manual. Kalo mobil sih... Yang automatic sekalipun tetap harus menginjak gas ,kopling dan rem. Bagus kan pilihan gw yang satu ini? Lebih baik dibanding yang lain!
Tapi gw rasa dari tadi ada yang mengikuti gw dari belakang. Setelah gw liat dari kaca spion, ternyata seorang pengendara mobil kopling dan berpakaian serba hitam termasuk helm. Siapa dia? Gw nggak kenal. Tapi tiba-tiba...
CIIIIIIIIT....!!!!
Dia menyusul dari kanan dan memberhentikan motornya tepat didepan motor gw. Apa maunya sih?!

"YA!!! Siapa lu? Sama sekali nggak sopan! Mengikuti orang dari belakang dan tiba-tiba langsung memotong jalan gw dan berhenti! Apa maumu?!" gw teriakin aja begitu. Keki.
"Gw mau lu mati. M-A-T-I," katanya sambil membuka helmnya.
"Mwo?! Ternyata lu yang ngikutin gw terus daritadi. Bukannya seharusnya lu dipenjara? Hei... Choi Minho."
"Ya! Orang kayak lu tuh nggak layak menyebut nama gw ini! Huh, penjara? Butut. Dalam waktu singkat aja gw bisa bebas."
"Bagaimana bisa?!"
"Uang, tentunya. Asalkan ada uang, meskipun tetap dihukum penjara takkan berlangsung lama sampai bertahun-tahun. Buat gw, setahun itu udah termasuk lama. Hmm, ternyata lumayan ketat juga hukum disini. Dan tujuan gw setelah gw bebas adalah... Melenyapkan sampah ini, yaitu lu! Alexander Lee Eusebio!!!" teriaknya lantang sambil mengeluarkan pistol dan mengarahkan pistol itu ke gw, dan hanya tinggal sebentar lagi saat dia menekan pelatuknya. Masalah utamanya, kaki gw yang cedera ini nggak mungkin bisa dipakai untuk lari menghindari peluru...
"ANDWEEEEEE!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!" tiba-tiba ada teriakan seseorang dari jauh.

To be continued


Please take with a full credit if you wanna copy this. Thank you.