Pages

Friday, September 17, 2010

My Life Path (Chapter 8)

Update! Update! Update!!! Silakan dibaca ya~ Hehehe....
Oh ya, announcement nih!
Berhubung karena kesibukan author bertambah, jadi kemungkinan bakal update fanfic jadi sebulan sekali...
Mian banget nih! Yah, paling cepet 3 minggu deh... Harap bisa dimaklumi...

(Xander's POV)
"Alexander Lee Eusebio." kata seorang perawat.
"Ah, ne!" jawab gw.
"Mari saya antar ke ruang pemeriksaan anda, di nomor 207."
"Gumasumnida, ahjumma."
"Cheonmanhamnida."

Huaahh... Untung rumah sakit ini nggak ramai. Dan untungnya Sica udah pulang duluan sebelum gw dipanggil. Kalo nggak kan mungkin dia ikut masuk nantinya. Yah, pokoknya bisa gawat begitu deh urusannya. Jadi runyam.

-----------------------------------------------------------------------------------
"Ini..."
"Kenapa, dok?"
"Anda perlu dioperasi. Ini sudah parah. Kemungkinan bisa lebih gawat jika tidak segera dirawat. Saya rasa anda perlu menginap disini selama paling tidak 2 hari."
"2 hari?! Itu mustahil, dok! Apa nggak bisa diselesaikan hari ini aja?"
"Itu lebih mustahil lagi. Kami akan membuat tongkat untuk memudahkanmu berjalan. Operasinya memang tidak lama, tapi anda perlu membiasakan diri untuk berjalan dengan tongkat sampai benar-benar pulih."

"Memangnya... Kaki saya kenapa dok?"
"... Kaki kiri anda retak..."
"Mworago?! Ahh, na jeongmal ottoke?! Apa saya juga harus diamputasi?!"
"Oh, tidak separah itu. Saraf-saraf yang penting masih bisa berfungsi jadi kami hanya akan melakukan apa yang telah saya ucapkan tadi. Jika tidak, kemungkinan bisa lebih parah dan kaki anda bisa patah."

"Dok... Kalo misalnya nggak rawat inap disini asalkan tetap dioperasi, apa bisa?"
"Hmm, itu sulit sekali bagimu nantinya. Tapi baiklah jika itu maumu. Tapi anda mungkin tetap harus memakai tongkat selama 3 bulan setelah operasi..."
"Ne!!! Gumasumnida, gumasumnida! Ya, begitu saja!"

--------------------------------------------------------------------------
Keesokan paginya...

"Xander-sshi! Xander-sshi! Ayo cepat, hari ini kita berdua ada jadwal pemotretan! Udah siap belom?!" teriak Eli didepan kamar gw.
"Umm, belom! Gw masih lama! Lu berangkat aja duluan, nanti gw nyusul sendiri!" balas gw yang berusaha menghindar. Gw gamau Eli melihat gw begini.
"Hah?! Tumben amat sih lu telat? Biasanya kan lu yang selalu dateng duluan ke rumah gw. Ya udah deh gw duluan ya! Bye!" teriak Eli sambil langsung pergi pakai motornya.

---------------------------------------------------------------------------------
"Eli-ah, kenapa Xander begitu lama? Sebentar lagi kan gilirannya." kata Sica.
"Mollayo, noona. Tadi pagi dia bilang akan menyusul, tapi sampe kapan nih?" jawab Eli.
"Baiklah, akan kucaba meneleponnya untuk datang."
...
...
"Yeoboseyo?"
"Xander! Kau dimana? Masih di apartemen ya? Kau harus kesini sekarang juga! Sebentar lagi giliranmu!"
"Ng... Sica... Tunggu sebentar lagi deh..."
"Xander, kau sudah terlambat!"
Panggilan ditujukan kepada Alexander Lee Eusebio. Sekali lagi dimohon untuk segera melakukan pemeriksaan di ruang 207. Terima kasih.

"Mworago? Xander, suara apa tadi? Hei! Pemeriksaan? Kau sedang ada di rumah sakit?"
"...."
"Xander! Jawab pertanyaanku! Ya!" Sica mulai heran. "Haish..."
"Kenapa, noona?"
"Dia menutup teleponnya. Tapi sepertinya dia sedang ada di rumah sakit. Aku akan kesana sekarang. Kau tetap disini, bilang ke sutradara untuk menunda giliran Xander dan digantikan dulu oleh giliranmu, ok?"
"Rumah sakit? Umm, baiklah. Serahkan padaku, noona!"

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
(Sica's POV)
"Xander? Kau dimana sih? Teleponnya nggak dijawab terus. Apa mungkin di rumah sakit kemarin... Severance Hospital?"
Dengan cepat langsung kupercepat mobilku ke rumah sakit yang kudatangi bersamanya semalam. Aku pun langsung ke bagian resepsionis.

"Permisi, apa yang ada di ruangan... Umm, berapa ya... Kalau tidak salah 207, adalah Alexander Lee Eusebio?"
"Ne. Tapi maaf, anda siapanya ya? Karena pasien itu berpesan kalau ada yang datang dan bilang namanya Jessica Jung/Jung Sooyeon ataupun Eli Kim/Kim Kyoung Jae tidak boleh dan saya dilarang menunjukkan ruangannya..."
"Oh, bu-bukan! Saya kakak perempuannya, Victoria Eusebio..."
"Hmm...? Anda tidak ada kemiripan..."
"Ooh, itu... Saya lebih mirip umma dan dia lebih mirip appa. Hahaha~" Ini aneh. Kenapa Xander sengaja menghindar dariku dan Eli?
"Keurom... Kalau begitu saya tunjukkan dulu ruangannya."
...
...
"Disini..."
"Gummasumnida, ahjumma."
"Ne, cheonmanimnida." katanya sambil pergi kembali ke bagian resepsionis.

Aku mengetuk pintu ruangan itu. Tapi tak ada jawaban. Jadinya langsung aja masuk. Bukannya nggak sopan, tapi ini kan udah berkali-kali diketuk, apa salahnya langsung masuk? Nggak mungkin aku harus menunggu 1 jam kemudian.

"AAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!"

Hah? Itu suara Xander!

"Xander! Xander, itukah kau...?" langsung kuberlari ke asal teriakan itu.
Dan aku sangat kaget... Kaki Xander... Ada kenapa dengannya? Di-dibedah?!
"Xa... Xander... Ka-kakimu... Kenapa dengan kakimu itu?!"
"Sica... Kenapa kau bisa ada disini? Kan resepsionisnya..."
"Aku bilang aja kalo aku ini Victoria Eusebio. Dan tadi di telepon kedengaran ruangan 207 ini dan sepertinya memang di rumah sakit yang semalam."
"Victoria noona ku?! Aisshh..." katanya sambil membuang muka. "AAAAA!!! Dok, apa anda tak bisa membius kakiku aja? Setidaknya walaupun mati rasa, nggak akan sakit begini..."
"Bisa saja kalau anda ingin lumpuh karena cairan biusnya tercampur dengan saraf anda."
Aku yang penasaran pun menghampiri dokter itu.

"Dok... Sebenarnya kakinya kenapa ya?"
"Ini hanya sedikit terkilir, Sica... Udahlah, kau bisa kembali kerja kok sekarang..." potong Xander sebelum dokter itu menjawab.
"Aku nggak bertanya padamu! Kau barusan itu pasti bohong!" bentakku yang emang nggak bisa mempercayai omongan Xander kali ini.
"Kaki kirinya retak cukup parah. Dia harus memakai gips dan juga berjalan dibantu dengan tongkat selama 3 bulan."
"Omo... Xander! Kenapa kau tak memberitahunya padaku?!"
"Hei, dik... Tolong jangan berisik. Ini rumah sakit. Lagipula saya perlu konsentrasi, jadi mohon tunggu diluar saja." kata dokter itu sopan.
"Mi-mianhamnida, dok..." dan aku pun langsung keluar ruangan.

Dari luar, aku tetap aja bisa mendengar suara teriakan Xander yang nyaring itu. Dan juga sambil berharap kakinya akan segera sembuh dari perkiraan. 3 bulan... Bagaimana dengan karirnya nanti?

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dan hari-hari berikutnya kulalui dengan seperti biasa, sedangkan Xander hanya bisa mendapat bagian photoshoot yang close-up dan setengah badan.

"Hari ini kalian pulang ikut denganku saja. Kan lumayan untuk menghemat biaya taxi." tawarku.
"Ah, nggak usah onni... Ngerepotin ajah, hehehe..." tolak Eli.
"Nggak apa kok. Ayo! Aku masih menunggu adikku juga sih, tapi kan sebentar lagi dia juga kesini. Udah selesai kok."
Xander menolak,"Kalo ada adikmu aku naik taxi aja. Kalo Eli mau ikut nggak apa, tapi gw tetep mau naik taxi aja."
"Kenapa? Mobilnya muat kok! Kan hanya 4 orang..." bujukku lagi.
"Nggak!" bentaknya.
"Xander-sshi! Lu nggak sopan banget sih sama noona! Minta maaf sana! Sekarang! Pa li!!" balas Eli sebal.

Tapi yang dilakukan Xander hanyalah pergi meninggalkan kami. Biarpun Eli sudah membela, aku tetap shock. Kenapa lagi dengannya sih?
Dan tak berapa lama kemudian, adikku pun datang.

"Ah, mianhaeyo onni alu lama sekali..." katanya.
"Benar! Kau ini lama sekali sih!"
"Na... Na jeongmal mianhaeyo, onni..." katanya lagi sambil menunduk.
"Hahaha! Onni cuma bercanda kok! Ayo masuk kedalam. Eli, kau tetap ikut?"
"Ne!" jawab Eli.
"Waaah... Namja chingu nih, onni? Kenapa nggak cerita-cerita niiihhh....?? Hmm, nomue haenseom namja kok. Cocok juga sama onni ku yang nomue yeppeo ini~"
"Hush, Krystal! Hati-hati ah kalo ngomong!"

Eli menyambung, "Iya nih jangan asal ngomong, oppa udah ditolak tau sama onni mu ini... huhuhu. Kau aja deh yang jadi penggantinya."
"Wah, selera oppa tinggi ya! Hehe, semua orang yang suka padaku itu seleranya bagus, oppa! Ngomong-ngomong, kenapa oppa ditolak? Apa onni ku ini udah punya pacar?" kata Krystal dengan bangga.
"Ya! Dia teman oppa. Bekerja disini juga mulai dari beberapa bulan lalu. Namanya Alexander Lee Eusebio. Tapi  tadi katanya nggak jadi ikut pulang bareng jadi oppa aja yang ikut." jelas Eli.
"Eli-ah! Jangan sembarang bicara!" kataku.
"Tadinya mau ikut pulang bareng tapi nggak jadi? Alexander Lee Eusebio... Xander? Onni berpacaran dengan Xander?!" teriak Krystal tiba-tiba.
"Ng? Nampaknya kau kenal orangnya, Krystal?" tanyaku padanya.
"Onni! Pa li, ke tempat tadi lagi! Pa li!!!" teriaknya lagi.

Aku heran, tapi lebih baik kutanyakan alasannya nanti saja. Dengan buru-buru pun aku memutar balik arah.

To Be Continued

Made by: Gizelle
Gomawoooo~~
Tapi chapter selanjutnya kalian harus menunggu sampai bulan depan, haha...
Mian banget deh...
Sabar aja ya?^^

No comments:

Post a Comment