Pages

Monday, December 13, 2010

My Life Path (Chapter 10)

Chapter 10 (Xander's POV)

"ANDWEEEEEE!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!" tiba-tiba ada teriakan seseorang dari jauh. Dia Sica.
"Sica... Jangan mendekat!" teriak gw.

DORR!!!

"Ukh!"
"Aaa... Xander!!! Xander!!! Xander!!!" Sica terus memanggil nama gw. Dia... Menangis...
Dan setelah kejadian itu gw nggak ingat apa-apa lagi. Yang jelas, saat gw membuka mata, gw sedang terbaring disebuah kasur putih. Banyak wangi obat disini. Berarti mungkin tadi gw pingsan dan akhirnya dibawa ke rumah sakit. Disamping kasur ini ada Sica. Dia sedang tertidur dengan wajah sedih.

"Sica..." kata gw sambil membelai rambutnya pelan.
"Onni mungkin masih kecapekan, oppa. Dia terus menangis dan mogok makan. Oppa juga sudah pingsan semenjak 3 hari lalu." kata seseorang yang mirip dengan Sica.
"Krystal...?"
"Tak apa. Minho oppa sudah ditangkap lagi. Kali ini penjagaannya super ketat dan penjara high class punya. Uang sogokan sebanyak apapun akan ditolak. Jadi tenang saja. Oh ya, operasinya berjalan dengan lancar. Onni juga lega mendengar hal itu." jelas Krystal.

"Ng? Operasi?"
"Apa oppa nggak ingat? 3 hari lalu, oppa ditembak dan langsung pingsan. Minho oppa pelakunya. Onni yang cemas langsung menelepon ambulans dan aku juga kebetulan lewat disana. Jadi aku yang menelepon polisi." jelas Krystal lagi.
"Umm... Terima kasih atas infonya."
"Oppa... Kau masih membenciku?"
"...Sedikit."
"Aku... Aku sudah menjelaskan permasalahan kita secara detail pada onni. Onni juga hampir tidak percaya, tapi itulah kenyataannya..."

"Bagaimana reaksi Sica?!"
"Onni... Sempat berpikir kalau kita masih saling menyukai."
"Jjinja?? Aah, dia salah paham..." keluh gw.
"Ya, dia salah paham... Padahal ini hanya bertepuk sebelah tangan..."
"Ne?"
"Aku... Aku masih menyukaimu, Xander oppa..."
"... Mianhae... Yang kusukai sekarang adalah Sica... Jadi..."
"Ah! Apa-apaan sih, oppa?! Aku cuma bercanda tau! Jangan setiap omongan kau anggap serius, lah! Hahaha... Oh ya, aku keluar sebentar dulu ya. Bye oppa! Ups, mian... Harusnya jangan keras-keras... Nanti onni bisa bangun. Hehe..."

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

(Krystal POV)
KREK.
Aku menutup pintu kamar pasien itu.

"Hahaha... Apa yang barusan kukatakan? Bercanda? Babo. Kau kan memang masih menyukainya, Krystal..." kataku dengan air mata yang tak bisa berhenti itu.

"Krystal..." kata seseorang. Ternyata Eli oppa. Langsung kuseka air mataku ini sambil menghadap ke belakang.
Lalu aku menengok padanya lagi, "Eli oppa... Datang menjenguk juga? Xander oppa ada didalam. Dia baru aja siuman."
"Mmm... Begitu? Baguslah. Ah, ya... Kau mau minum teh bersamaku?"
"Minum teh? Oppa tak mau masuk untuk melihat keadaan Xander oppa?" tanyaku lagi.
"Nanti."
"Baiklah, ayo kita pergi." kataku sambil memaksakan tersenyum.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Krystal... Ng? Krystal? Ya! Krystal!!"
"A-a-a! Ne! Kenapa, oppa?" sahutku.
"Daritadi kupanggil kau malah tak menjawab. Kenapa bengong terus? Sedang memikirkan apa?"
"Aah... Itu... Tidak ada kok. Hahaha..."
Lalu Eli menatapku beberapa lama. "Sepertinya kau tak pintar berbohong ya. Terlihat jelas kalau kau seperti gadis yang baru broken heart."
"Broken heart?! Ah! Ngaco! Sekarang aku sedang tidak memiliki namja chingu! Gimana bisa broken heart?" aku berusaha mengelak.
"Bisa. Kalau orang itu tak menyukaimu. Yah, semacam... Cinta bertepuk sebelah tangan?"

"Oppa... Kau..."
"Ah! Kau pasti kaget! Begini-begini, aku disebut sebagai Prof. Cinta lho. Termasuk oleh Xander dan teman-temanku yang lainnya. Jadi wajar aja."
"Hmph!"
"Kenapa lagi?" tanya Eli.
"Apa..." kataku sambil tersenyum menahan tawa. "Apa hal begitu bisa dibanggakan ya? Apa artinya itu oppa adalah seorang ahli dalam urusan cinta? Setiap kali teman-teman oppa meminta saran tentang cinta itu dengan oppa ya? Hmm, baiklah kalau begitu."

"Hah?"
"Tebakan anda benar, wahai prof. Cinta~ Aku memang bertepuk sebelah tangan dan baru saja merasakan patah hati lagi. Tapi sepertinya itu semua sudah luluh oleh karena anda, prof... HAHAHA!!!"
"Ya... YA!!! Ketawamu itu keterlaluan sekali, tahu! Ah, kalau begitu aku pura-pura tak mengenalmu aja! Pergi sana! Hush, hush, hush! (seperti mengusir kucing)"
"Oppa..." Krystal memasang raut muka sedih lalu menunduk seolah akan menangis karena diusir Eli.
"Hei... A-aku kan cuma bercanda, kau jangan terlalu menganggap kalau aku benar-benar mengusirmu... Ng, mianhaeyo... Kata-kataku memang keterlaluan..."

Tapi tiba-tiba Krystal mengangkat wajahnya lagi dan mulai tertawa terbahak-bahak, bahkan melebihi yang sebelumnya.
"Oppa! Kau benar-benar Prof. Cinta? Aku tak yakin dengan itu, karena oppa tak bisa membedakan saat dikerjain atau serius! Ah! Atau... Aktingku yang terlalu baguskah?" puji Krystal pada dirinya sendiri.
"Hmm... Akhirnya kau tertawa juga."
"... Hah...?"
"Daritadi kau murung terus karena Xander kan? Bahkan kau tambah murung setelah kau mengakui kalau kau memang bertepuk sebelah tangan dengannya. Makanya aku membuat lelucon sederhana ini... Yah, aku hanya tidak suka melihat seorang yeoja menangis..."
"Gomawoyo... Telah menghiburku. Kini jauh lebih baik..."
"Kau tahu? Aku pun bertepuk sebelah tangan. Malah dari awal..." jujur Eli.

"Tentang siapa? Aku boleh tahu?" tanya Krystal.
"Tentu. Kau mengenalnya. Dia Sica, onni mu. Tadinya di tempat bermain aku merasa love in first sight olehnya. Tapi Xander itu memang orang yang berani, bahkan seringkali berbuat tanpa berpikir dulu. Jadi, ya... Dialah yang kenalan duluan dengan Sica. Tapi akupun sempat berpikir, kalaupun aku yang berkenalan duluan, tetap aja belum tentu cocok. Karena jodoh bukan dari kita sendiri yang menentukan. Ya 'kan?" jelas Eli panjang.
"Oppa... Kau orang yang baik ya."
"Aku tahu." kata Eli dengan percaya diri.


To Be Continued


Please take with a full credit: http://www.k-starsff.blogspot.com because this is official.
Thank you.